Assalamualaikum
wr wb,
Mudik yang lalu
di kampung halaman, saya sempatkan sholat berjamaah di masjid jamie. Seperti
khasnya Masjid di kampung, sholat berjalan cepat dan berdzikir dengan
menjaharkan (mengeraskan) bacaan. Hal itu tidaklah terlalu mengusik pikiran
saya, namun ada hal penting yang agak kurang diperhatikan dalam pelaksanaan
sholat berjamaah. Yaitu merapatkan shaf dan barisan sholat. Padahal dari
sinilah persatuan dan kesatuan jamaah dimulai. Saya jadi teringat tentang
seorang ustadz yang mengatakan susahnya menyatukan umat Islam. Jangan-jangan
karena di dalam sholatnya saja sudah tercerai berai. Seperti yang saya
perhatikan, terkadang celah shafnya cukup lebar hingga bisa di selah (diisi)
oleh seekor kambing!!! Beberapa waktu lalu saya mencoba merapatkan barisan di
sebuah masjid jamie. Anehnya setiap saya menempelkan kaki ke jamaah sebelah
saya, kemudian ditarik lagi. Begitu terus, dan akhirnya saya malah dipelototi
oleh jamaah sebelah saya. Mungkin dikiranya merapatkan barisan, dianggap mengganggu
dirinya.
Prinsip bersatu
dalam jamaah sholat inilah sebenarnya menjadi faktor terpenting dalam ukhuwah
Islamiyah. Mari kita rapatkan shaf dan barisan dalam sholat berjamaah. Paling
tidak, di mulai dari diri kita sendiri.
Wassalamualaikum
wr wb
Penulis: Abu
Rasyid Ash-Shinkuaniy
Pentingnya
Meluruskan Shaf & Ancaman Keras bagi yang Tidak Meluruskannya
Dan di antara hal yang berkaitan dengan shalat
yang harus diperhatikan dengan serius dan tidak boleh diremehkan adalah
permasalahan lurus dan rapatnya shaf (barisan dalam shalat). Mengapa demikian?
Karena ancamannya pun tidak sembarangan, yakni ancaman bagi yang tidak
meluruskan shaf.
Dijelaskan di dalam hadits yang dikeluarkan oleh
Al-Imam Al-Bukhariy dan Al-Imam Muslim dari shahabat Abu Abdillah An-Nu'man bin
Basyir, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ˜alaihi wa sallam
bersabda,
"Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian
atau (kalau tidak), maka sungguh Allah akan memalingkan antar wajah-wajah
kalian (menjadikan wajah-wajah kalian berselisih)." (HR. Al-Bukhariy
no.717 dan Muslim 436))
Dalam satu riwayat milik Al-Imam Muslim
disebutkan,
"Bahwasanya Rasulullah biasa meluruskan
shaf-shaf kami seakan-akan beliau sedang meluruskan anak panah sehingga apabila
beliau melihat bahwasanya kami telah memahami hal itu, yakni wajibnya
meluruskan shaf (maka beliaupun memulai shalatnya, pent). Kemudian pada suatu
hari beliau keluar, lalu berdiri sampai hampir-hampir beliau bertakbir untuk
shalat, tiba-tiba beliau melihat seseorang yang menonjol sedikit dadanya, maka
beliaupun bersabda, "Wahai hamba-hamba Allah, benar-benar kalian luruskan
shaf-shaf kalian atau (kalau tidak) maka Allah sungguh akan memalingkan antar
wajah-wajah kalian."
Lihatlah wahai saudaraku, kaum muslimin, sabda
beliau yang mulia, yang mana beliau shallallahu ˜alaihi wa sallam telah Allah
terangkan sifatnya kepada orang-orang beriman, "Sesungguhnya telah datang
kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya
penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan, kebaikan dan keselamatan)
bagi kalian, dan amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang
beriman." (At-Taubah:128)
Tidaklah beliau bersabda demikian kecuali karena
menginginkan kebaikan bagi ummatnya, kaum muslimin.Tidak ada satu kebaikan pun
yang akan mendekatkan ke jannah kecuali telah beliau tunjukkan kepada ummatnya
agar melakukannya dan tidak ada satu kejelekan pun yang akan mengantarkan ke
neraka kecuali telah beliau larang ummatnya agar menjauhinya.
Di dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu
˜alaihi wa sallam sangat menekankan agar meluruskan shaf di dalam shalat dengan
sabdanya,
"Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian
atau (kalau tidak), maka sungguh Allah akan palingkan antar wajah-wajah
kalian."
"Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf
kalian", dalam kalimat ini terdapat
tiga penekanan dan penguat yaitu: sumpah yang diperkirakan, lam taukid dan nun
taukid. Demikian juga kalimat setelahnya, "atau sungguh Allah akan
palingkan antar wajah-wajah kalian", mengandung tiga penekanan dan
penguat: sumpah, lam taukid dan nun tukid, yakni jika kalian tidak meluruskan
shaf, maka sungguh Allah subhanahu wa ta'ala akan memalingkan antar wajah-wajah
kalian.
Makna Berpaling/Berselisi hanya Wajah
Para ulama berbeda pendapat tentang makna
"berpalingnya atau berselisihnya wajah". Sebagian mereka berpendapat,
bahwasanya maknanya adalah sungguh Allah subhanahu wa ta'ala akan memalingkan
antara wajah-wajah mereka dengan memalingkan sesuatu yang dapat dirasakan panca
indera, yaitu dengan memutar leher, sehingga wajahnya berada dibelakangnya, dan
Allah subhanahu wa ta'ala Maha Mampu atas segala sesuatu.
Dialah Allah ˜Azza Wa Jalla yang telah menjadikan
sebagian keturunan Nabi Adam (yaitu Bani Israil) menjadi kera, di mana Allah
subhanahu wa ta'ala berkata kepada mereka: "Jadilah kalian kera yang
hina" (Al-Baqarah: 65) maka jadilah mereka kera. Maka Allah subhanahu wa
ta'ala mampu untuk memutar leher manusia sehingga wajahnya berada di
punggungnya, dan ini adalah siksaan yang dapat dirasakan panca indera.
Adapun ulama yang lain berpendapat, bahwa yang
dimaksudkan perselisihan di sini adalah perselisihan maknawiyyah, yakni
berselisihnya hati, karena hati itu mempunyai arah, maka apabila hati itu
bersepakat terhadap satu arah, satu pandangan, satu aqidah dan satu manhaj,
maka akan didapatkan kebaikan yang banyak. Akan tetapi sebaliknya apabila hati
berselisih maka ummat pun akan berpecah belah.
Sehingga yang dimaksud perselisihan dalam hadits
ini adalah perselisihan hati, dan inilah tafsiran yang paling shahih/benar,
karena terdapat dalam sebagian lafazh hadits, "atau sungguh Allah akan
palingkan antar hati-hati kalian."
Dengan alasan inilah, maka yang dimaksud dengan
sabda beliau, "atau sungguh Allah akan palingkan antar wajah-wajah
kalian", yakni cara pandang kalian, yang hal ini terjadi dengan
berselisihnya hati.
Wajibnya Meluruskan Shaf
Bagaimanapun juga, di dalam hadits ini terdapat
dalil akan wajibnya meluruskan shaf, dan bahwasanya wajib atas para makmum
untuk meluruskan shaf-shaf mereka, dan kalau mereka tidak meluruskan shafnya,
maka sungguh mereka telah mempersiapkan diri-diri mereka untuk mendapatkan
siksaan dari Allah subhanahu wa ta'ala, wal'iyaadzu billaah.
Pendapat ini yaitu wajibnya meluruskan shaf adalah
pendapat yang benar, sehingga wajib atas imam-imam shalat agar memperhatikan
shaf, apabila didapatkan padanya kebengkokan atau ada yang sedikit maju atau
mundur, maka para imam tersebut harus memperingatkan mereka agar meluruskan
shafnya.
Nabi shallallahu ˜alaihi wa sallam pun
kadang-kadang berjalan di antara shaf-shaf untuk meluruskannya dengan tangannya
yang mulia dari shaf yang pertama sampai terakhirnya.
Ketika manusia semakin banyak di masa khilafah
Umar Ibnul Khaththab, Umar pun memerintahkan seseorang untuk meluruskan shaf
apabila telah dikumandangkan iqamah. Apabila orang yang ditugaskan tersebut
telah datang dan mengatakan, "Shaf telah lurus" maka Umar pun
bertakbir untuk memulai shalat.
Demikian juga hal ini dilakukan oleh ˜Utsman bin
'Affan, beliau menugaskan seseorang untuk meluruskan shaf-shaf manusia, maka
apabila orang tersebut datang dan mengatakan, "Shaf telah lurus",
beliaupun bertakbir untuk memulai shalat.
Semuanya ini menunjukkan atas perhatian yang
tinggi dari Rasulullah shallallahu ˜alaihi wa sallam dan Khulafa`ur Rasyidin
dalam masalah meluruskan shaf.
Sebagian Kaum Muslimin Susah Diatur
Akan tetapi, sungguh amat disesalkan, sekarang
engkau akan dapati para makmum tidak mempedulikan masalah meluruskan shaf, yang
satu agak maju ke depan, yang satu lagi agak mundur ke belakang, tidak peduli
akan lurusnya shaf.
Kadang-kadang mereka lurus pada raka'at pertama,
kemudian ketika sujud muncullah kesenjangan, yang satu agak maju dan yang lain
agak ke belakang, dan mereka tidak meluruskan shaf pada raka'at kedua, bahkan
mereka tetap seperti itu tidak meluruskan shaf di raka'at kedua dan seterusnya,
ini adalah kesalahan.
Yang lebih mengherankan dari semuanya itu adalah
ketika ada seseorang yang paham akan wajibnya meluruskan shaf, dia bertindak
sebagai imam, maka diapun melaksanakan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam yaitu memeriksa para makmum dan memerintahkan mereka untuk meluruskan
shaf, maka engkau akan dapati sebagian makmum tersebut enggan, tidak mau lurus
dan rapat. Bahkan ada yang menonjol maju ke depan atau mundur ke belakang,
ataupun kaki-kaki mereka tidak rapat antara satu dengan lainnya. Dalam keadaan
mereka sudah mengetahui hadits di atas. Wallaahul Musta'aan.
Semoga Allah Tabaraka Wa Ta'ala menunjuki semua
kaum muslimin agar menjadi orang-orang yang taat kepada-Nya dan kepada
Rasul-Nya shallallahu ˜alaihi wa sallam, di mana sifat orang-orang mukmin yang
baik adalah sami'naa wa atha'naa (kami mendengar dan kami taat), bukan sami'naa
wa 'ashainaa (kami mendengar dan kami melanggarnya) .
Yang jelas wajib bagi imam maupun para makmum
untuk meluruskan dan merapatkan shaf.
Bila Hanya Ada Imam & Seorang Makmum
Kalau ada yang bertanya, Apabila di sana hanya ada
imam dengan seorang makmum saja, apakah imam maju sedikit ke depan ataukah
sejajar dengan makmum?
Jawabannya adalah hendaklah imam sejajar dengan
makmum, imam berada di sebelah kiri sedangkan makmum di sebelah kanan imam,
karena apabila hanya ada imam dan seorang makmum saja, maka berarti shaf cuma
ada satu, yang tidak mungkin makmum sendirian di belakang imam, bahkan yang
benar adalah mereka berdua berada dalam satu shaf yaitu sang imam sejajar
dengan makmum. Dengan berada dalam satu shaf akan terjadi kelurusan dalam shaf.
Dalilnya adalah ketika Rasulullah shallallahu
˜alaihi wa sallam shalat malam, datanglah Ibnu ˜Abbas berdiri di sebelah kiri
beliau, maka beliau pun menarik Ibnu ˜Abbas dan menjadikannya tepat di sebelah
kanan beliau. (Muttafaqun ˜alaihi)
Hal ini berbeda dengan apa yang dikatakan oleh
sebagian ulama, "Bahwasanya hendaklah imam maju sedikit ke depan",
karena pendapat ini tidak ada dalilnya, bahkan justru dalil menyelisihi
pendapat ini, yaitu hendaklah antara imam dan makmum sejajar apabila mereka
hanya berdua.
Jangan Ada yang Menonjol Dadanya!
Kemudian dalam riwayat yang lain disebutkan,
"Bahwasanya Nabi shallallahu ˜alaihi wa sallam biasa meluruskan shaf-shaf
kami (para shahabat) seakan-akan meluruskan anak panah". Maka jadilah shaf
mereka benar-benar lurus dengan sempurna, sehingga tidak ada yang maju ataupun mundur
walaupun sedikit.
Beliau biasa meluruskan shaf seperti meluruskan
anak panah, sehingga apabila beliau melihat bahwasanya para shahabatnya telah
memahaminya, yakni mereka telah paham dan tahu bahwasanya shaf harus lurus,
beliaupun memulai shalatnya.
Kemudian pada suatu hari beliau keluar untuk
melaksanakan shalat, tiba-tiba beliau melihat seseorang yang menonjol dadanya,
maka beliaupun besabda, "Wahai hamba-hamba Allah, benar-benar kalian
luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak) maka sungguh Allah akan palingkan
antar wajah-wajah kalian."
Sabda Rasulullah shallallahu ˜alaihi wa sallam,
"Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian" sebabnya adalah
semata-mata hanya karena beliau melihat seseorang menonjol dadanya, yaitu dada
orang tersebut menonjol sedikit.
Bagaimana kalau beliau melihat shaf-shaf yang ada
sekarang? Yang satu ke depan, yang satu lagi ke belakang, shaf mereka bengkok,
tidak lurus dan tidak rapat? Bisa kita bayangkan apa yang akan diucapkan oleh
Rasulullah shallallahu ˜alaihi wa sallam ketika melihat keadaan seperti itu?
Imam Shalat Hendaklah Memeriksa Shaf
Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwasanya di
antara petunjuk Nabi shallallahu ˜alaihi wa sallam adalah bahwa beliau
senantiasa memeriksa shaf, meluruskan dan merapatkan shaf. Kalau masih ada yang
belum lurus atau belum rapat maka beliaupun meluruskannya bahkan mengancam
-sebagaimana kisah di atas- kepada orang yang maju sedikit dari shafnya dengan
ancaman ini, "Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau
tidak) maka sungguh Allah akan memalingkan antar wajah-wajah kalian."
Petunjuk ini harus diteladani oleh para imam
shalat agar memeriksa, mengatur dan meluruskan shaf para makmum.
Kesimpulannya adalah wajib atas kita untuk
menerangkan masalah ini kepada imam-imam masjid dan demikian juga kepada para
makmum agar mereka memperhatikan perkara yang sangat berbahaya ini sehingga
mereka benar-benar meluruskan dan merapatkan shafnya di dalam shalat.
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala selalu membimbing
kita kepada apa yang dicintai dan diridhai-Nya. Wallaahu A'lam.
Disadur dari Syarh Riyaadhush Shaalihiin
hal.453-454 cetakan Maktabah Ash-Shafaa dengan beberapa tambahan dan perubahan.
Abu Rasyid
Ash-Shinkuaniy