A.
Hakikat Pengetahuan Mistik (Metafisika)
Pengetahuan Mistik atau sering
disebut dengan pengetahuan metafisika. Metafisika berasal dari akar kata ‘meta’
dan ‘fisika’. Meta berarti ‘sesudah’,’selain’,atau ‘di
balik’. Fisika yang berarti ‘nyata’, atau ‘alam fisik’.
Metafisika berarti ‘sesudah,’di balik yang nyata’. Dengan kata lain, metafisika
adalah cabang filsafat yang membicarakan ‘hal-hal yang berada di belakang
gejala-gejala yang nyata’. Metafisika merupakan cabang filsafat yang
membicarakan tentang hal-hal yang sangat mendasar yang berada di luar
pengalaman manusia. Ditinjau dari segi filsafat secara menyeluruh Metafisika
(Mistik) adalah ilmu yang memikirkan hakikat di balik alam nyata. Metafisika
membicarakan hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata tanpa dibatasi pada
sesuatu yang dapat diserap oleh pancaindra.
Pengertian secara umum, Mistik
adalah pengetahuan yang tidak rasional. Pengertian mistik bila dikaitkan dengan
agama ialah pengetahuan (ajaran atau keyakinan) tentang Tuhan yang diperoleh
melalui meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera
dan rasio (A. S. Hornby, A Leaner’s Dictionary of Current English, 1957 : 828).
Metafisika mengkaji segala sesuatu secara komprehensif. Menurut Asmoro Achmadi
(2005;14), metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan sesuatu yang
bersifat “keluarbiasaan” (beyond nature), yang berada di luar pengalaman
manusia (immediate experience). Menurut Ahmadi , metafisika mengkaji sesuatu
yang berada di luar hal-hal yang berlaku pada umumnya (keluarbiasaan), atau
hal-hal yang tidak alami, serta hal-hal yang berada di luar kebiasaan atau
diluar pengalaman manusia.
Aristoteles menyinggung masalah
metafisika dalam karyanya tentang ‘filsafat pertama’, yang berisi
hal-hal yang bersifat ghaib. Menurutnya, ilmu metafisika termasuk cabang
filsafat teoretis yang membahas masalah hakikat segala sesuatu, sehingga ilmu
metafisika menjadi inti filsafat. Pengetahuan metafisika (mistik) adalah
pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio, maksudnya hubungan sebab akibat
yang terjadi tidak dapat dipahami rasio. Pengetahuan ini kadang-kadang memiliki
bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris.
Tafsiran paling pertama yang
diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat wujud-wujud
bersifat ghaib (supranatural) dan wujud ini lebih kuasa dibandingkan
dengan alam nyata.
1)
Animisme, mengembangkan metafisika bahwa alam
dan manusia dikuasai oleh wujud-wujud yang bersifat ghaib dan magis.
misalnya (roh-roh yang bersifat ghaib terdapat pada benda, seperti batu,
pohon) merupakan contoh kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme.
2)
Naturalisme yaitu paham yang menolak pendapat
bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat supernatural karena naturalism hanya
menerima pandangan yang menyatakan bahwa ada itu semata-mata realitas alam.
3)
Materialisme yang merupakan turunan naturalisme
merupakan paham yang berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh
pengaruh yang kekuatan ghaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam
itu sendiri.
B. Struktur Pengetahuan
Mistik (Metafisika)
Dilihat dari segi sifatnya mistik
dibagi menjadi dua, yaitu :
1)
Mistik Biasa, jika dalam islam, mistik biasa
adalah tasawuf, karena tanpa mengandung kekuatan tertentu.
2)
Mistik Magis, adalah sesuatu yang mengandung
kekuatan tertentu. Magis ini dibagi dua, yakni :
·
Magis Putih, selalu dekat hubungannya dengan
tuhan, sehingga dukungan tuhan yang menjadi penentu. Mistik magis putih bila
dicontohkan dalam Islam seperti mukjizat, karamah, ilmu hikmah.
·
Magis Hitam, erat hubungannya dengan kekuatan
setan dan roh jahat. Menurut Ibnu Khaldun penganut magis hitam memiliki
kekuatan di atas rata-rata, kekuatan mereka yang menjadikan mereka mampu
melihat hal-hal ghaib dengan dukungan setan dan roh jahat. Contohnya seperti
santet dan sejenisnya yang menginduk ke sihir. Jiwa-jiwa yang memiliki
kemampuan magis ini dapat digolongkan menjadi tiga, diantaranya :
1) mereka yang
memiliki kemampuan atau pengaruh melalui kekuatan mental atau himmah. Itu
disebabkan jiwa mereka telah menyatu dengan jiwa setan atau roh jahat. Para
filosof menyebut mereka ini sebagai ahli sihir dan kekuatan mereka luar biasa.
2) mereka yang
melakukan pengaruh magisnya dengan menggunakan watak benda-benda atau
elemen-elemen yang ada di dalamnya, baik benda angkasa atau benda yang ada di
bumi. Inilah yang disebut jimat-jimat yang biasa disimbolkan dalam bentuk
benda-benda material atau rajah.
3) mereka yang
melakukan pengaruh magisnya melalui kekuatan imajinasi sehingga menimbulkan
berbagai fantasi pada orang yang dipengaruhi. Kelompok ini disebut kelompok
pesulap (sya’badzah).
C. Aliran –
aliran dalam Metafisika Ontologi (Pengetahuan Mistik)
Ontology atau bagian metafisika yang
umum, membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh yang mengkaji
persoalan-persoalan, seperti hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan,
pengertian tentang kebebasan, dan lainnya. Di dalam pemahaman atau pemikiran
ontology dapat ditemukan pandangan- pandangan pokok pemikiran : monoisme,
dualisme, pluralisme, nikhilisme, dan agnotisisme.
1) Aliran
Monoisme, paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari
seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu
hakikat saja sebagai sumber asal, baik yang asal berupa materi maupun berupa
ruhani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri.
Istilah monoisme oleh Thomas Davidson disebut dengan block universe. Paham
monoisme kemudian terbagi ke dalam dua aliran :
·
Aliran materialisme: Menganggap
bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering juga
disebut dengan naturalisme. Menurutnya, bahwa zat mati merupakan kenyataan dan
satu-satunya cara tertentu.
·
Aliran idealisme: Menurut
idealisme, gambaran yang benar yang tepat sesuai dengan kenyataan sebagaimana
diteorikan oleh realisme merupakan sesuatu yang mustahil, sesuatu yang tidak
mungkin. Karena itu, idealisme mentakrif hakikat ilmu sebagai hasil dari proses
mental yang niscaya bersifat subyektif. Pengetahuan bagi penganut idealisme
bukan hanya merupakan gambaran subyektif, bukan gambaran obyektif tentang
kenyataan. Dengan demikian, pengetahuan menurut teori idealistik ini tidak
memberikan gambaran yang tepat tentang kenyataan di luar alam pikiran manusia.
Dinamakan juga spiritualisme. Idealisme berarti serba
cita sedang spiritualisme berarti serba ruh, idealism diambil dari kata ‘idea’
yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat
kenyataan yang beraneka ragam ini semua berasal dari ruh, yaitu sesuatu yang
tidak terbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis
dari penjelmaan ruhani. Menurut Rapar (2005:45), aliran materialisme menolak
hal-hal yang tidak terlihat. Bagi materialisme, ada yang sesungguhnya adalah
yang keberadaannya semata-mata bersifat material atau sama sekali bergantung
pada material. Dengan demikian, bagi materialisme, relaitas yang sesungguhnya
adalah alam kebendaan, sesuatu yang riil atau nyata.
Beberapa filosof atau tokoh yang tergolong pada aliran
materialisme adalah Thales, Anaximenes, dan Anaximandris. Tokoh atau para
filosof yang hidup ratusan tahun sebelum masehi. Thales mengajarkan bahwa ‘asas
permulaan (arche) dari segala sesuatu itu adalah satu, yaitu air. Air
adalah pangkal pokok (asas) dari dasar (prinsip) segala-galanya.
Semua benda terjadi dari air dan semuanya akan kembali kepada air pula.
Berdasarkan rasio dan pengalaman yang dilihat nya sehari-hari , Thales
mrnyimpulkan tentang asal terbuktinya alam ini. Sebagai orang pesisir, Thales
dapat melihat setiap hari brtapa air laut menjadi sumber hidup. Begitu juga
dengan bangsa Mesir, betapa nasib rakyat Mesir sangat bergantung pada air
sungai Nil. Air sungai nil itulah yang menyuburkan tanah sepanjang yang
dilaluinnya dan dimanfaatkan oleh manusia. Jika tidak ada air sungai Nil itu,
negeri Mesir kembali menjadi padang pasir. Demikianlah, air laut, air sungai
menyebarkan bibit kehidupan seluruh dunia. Semuanya itu air ! semuanya
bersumber dari asal yang satu, air. Dengan demikian, semuanya itu satu.
Selain
Thales, muncul Anaximandros (640-540 SM), yang berpandangan tentang asas pemula
dari segala sesuatu adalah hanya satu, yaitu yang tidak terbatas (to aperion).
anaximandros tidak mengakui pandangan Thales yang mengemukakan bahwa asas
pertama adalah air. Sebab air tidak mungkin berada dimana-mana, di tempat
kering, tempat basah, tinggi, rendah, termasuk juga api. Air adalah hal yang terbatas.
Oleh karena itu, anasir utama yang menyusun alam itu adalah yang tidak
terbatas.
Filosof lain adalah Anaximenes (538-480) yang termasuk
kepada aliran materialisme. Anaximenes memberikan pandangan bahwa asas pemula
seluruh alam semesta dengan segala isinya adalah hawa atau udara. Bukanlah
udara itu meliputi seluruh jagat raya? Begitu Anaximenes beralasan.
Aliran idealisme atau aliran spiritualisme adalah
lawan dari aliran materialisme. Menurut aliran idealisme semuanya serba cita (ideal)
atau roh (spiritual). Aliran ini menganggap bahwa hakikat segala sesuatu
yang ada berasal dari roh, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan tidak
menempati ruang. Menurut anggapan aliran ini, materi atau zat itu hanyalah
suatu jenis dari pada penjelmaan roh tersebut. Roh adalah sebagai hakikat yang
sebenarnya, sehingga materi hanyalah bayangan atau penjelmaan saja. Aliran
idealisme tumbuh dan berkembang sejak masanya Plato. Plato yang terkenal dengan
pandangannya mengenai ide. Ajaran ide merupakan inti dan dasar seluruh filsafat
Plato. Ide bagi Plato tidak sama dengan pengertian ide yang dipahami oleh orang
pada saat ini. Dasar pokok pemahaman ide itu dikemukakannya sebagai teori
logika., kemudian meluas menjadi pandangan hidup, selanjutnya menjadi dasar
umum bagi ilmu dan politik social dan bahkan mencakup pandangan agama.
Pembahasan lengkap mengenai ketiga aspek ini (teori logika, dasar umum bagi
ilmu dan politik social, dan pandangan agama) telah diulas pada bab sebelumnya.
2) Aliran
Dualisme, adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua paham
yang saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Menurut aliran
dualisme materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat. Materi muncul bukan
karena adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena materi. Akan tetapi,
dalam perkembangan selanjutnya aliran ini masih memiliki masalah dalam
menghubungkan dan menyelaraskan kedua aliran tersebut. Aliran dualisme
memandang bahwa alam terdiri dari dua macam hakikat sebagai sumbernya. Aliran
dualisme merupakan paham yang serba dua, yaitu antara materi dan bentuk.
Menurut paham dualisme, di dalam dunia ini selalu dihadapkan kepada dua
pengertian, yaitu ‘yang ada sebagi potensi’ dan ‘yang ada secara
terwujud’. Keduanya adalah sebutan yang melambangkan materi (hule)
dan bentuk (eidos).
Pengertian materi dalam pandangan aliran dualisme ini
tidak sama dengan pengertian materi yang dipahami sekarang ini. Menurut
Aristoteles, materi (hule) adalah dasar terakhir segala perubahan dari
hal-hal yang berdiri sendiri dan unsure bersama yang terdapat di dalam segala
sesuatu yang menjadi dan binasa. Materi dalam arti mutlak adalah asas atau
lapisan bawah yang paling akhir dan umum. Tiap benda yang dapat diamati disusun
dari materi. Oleh karena itu, materi mutlak diperlukan bagi pembentukan segala
sesuatu. Di lain pihak, dapat dijelaskan bahwa materi adalah kenyataan yang
belum terwujud, yang belum ditentukan, tetapi yang memiliki potensi, bakat untuk
menjadi terwujud atau menjadi ditentukan oleh bentuk. Padanya ada kemungkinan
untuk menjadi nyata, karena kekuatan yang membentuknya.
Sedangkan bentuk (eidos) adalah pola segala
sesuatu yang tempatnya di luar dunia ini, yang berdiri sendiri, lepas dari
benda yang konkret, yang adalah penerapannya. Bagi Aristoteles, eidos adalah
asas yang berada di dalam benda yang konkret, yang secara sempurna menentukan
jenis benda itu, yang menjadikan benda yang konkret itu disebut demikian (misalnya
disebut meja, kursi, dan lain-lain). Jadi, segala pengertian yang ada pada
manusia, seperti meja, kursi tersebut bukanlah sesuai dengan realitas ide yang
berada di dunia ide, melainkan sesuai dengan jenis benda yang tampak pada benda
konkret. Demikianlah materi dan bentuk tidak dapat dipisahkan. Materi tidak
dapat terwujud tanpa bentuk, sebaliknya bentuk tidak dapat berada tanpa materi.
Tiap benda yang dapat diamati disusun dari bentuk dan materi.
3) Aliran
Pluralisme, berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralism bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam
bentuk itu semuannyanyata. Pluralisme sebagai paham yang menyatakan bahwa
kenyataan ala mini tersusun dari banyak unsure, lebih dari satu atau dua
entitas.
4) Aliran
Nikhilisme, menyatakan bahwa dunia ini terbuka untuk kebebasan
dan kreativitas manusia. Aliran ini tidak mengakui validitas alternative
positif. Dlam pandangan nikhilisme, Tuhan sudah mati. Manusia bebas berkehendak
dan berkreativitas.
5) Aliran
Agnotisme, menganut paham bahwa manusia tidak mungkin mengetahui
hakikat sesuatu di balik kenyataannya. Manusia tidak mungkin mengetahui hakikat
batu, air, api dan sebagainya. Sebab menurut aliran ini kemampuan manusia
sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat sesuatu yang ada, baik oleh
indranya maupun oleh fikirannya. Paham ini mengingkari kesanggupan manusia
untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat ruhani.
PENUTUP
·
Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan
tentang hal-hal yang sangat mendasar yang berada di luar pengalaman
manusia. Ditinjau dari segi filsafat secara menyeluruh Metafisika (Mistik)
adalah ilmu yang memikirkan hakikat di balik alam nyata. Metafisika
membicarakan hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata tanpa dibatasi pada
sesuatu yang dapat diserap oleh pancaindra.
·
Struktur pengetahuan mistik, jika dilihat dari
sifatnya terbagi menjadi dua, mistik biasa dan mistik magis, mistik magis
sendiri terbagi menjadi dua yaitu mistik magis putih dan mistik magis hitam,
yang masing-masing mempunyai perbedaan yang mendasar dalam segi
kefilsafatannya.
·
Dalam pemahaman atau pemikiran ontology dapat
ditemukan pandangan- pandangan pokok pemikiran seperti monoisme, dualisme,
pluralisme, nikhilisme, dan agnotisisme. Dan pada pengetahuan mistikpun
mempunyai kegunaan-kegunaan tertentu. meski mistik lebih bersifat batiniyah,
ghaib dan terkadang rasional dan empiris, tapi mistik bisa dijelaskan secara
ilmiah namun melalui proses yang sangat panjang.
B.
Saran
·
Dalam mempelajri pengetahuan mistik (metafisika)
diharapkan agar manusia tetap menjaga pengetahuan mistik, karena manusia
memiliki sel ketuhanan yang erat kaitannya dengan tuhan.
·
Supaya menggunakan Pengetahuan Mistik sesuai dengan
kapasitasnya dan untuk jalan kebaikan dan mengarahkannya pada jalan kebenaran.
·
Untuk perbaikan makalah ini, maka kritik dan saran
sangat kami harapkan,
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, Mudjia . dkk . 2009 . Filsafat Ilmu .
Malang : UIN-MALANG PRESS
Susanto, A . 2011 . Filsafat Ilmu : Suatu Kajian
dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis . Jakarta : Bumi
Aksara
Tafsir, Ahmad . 2010 . Filsafat Ilmu . Bandung
: ROSDA KARYA