Tokoh humanis yang muncul adalah J.J Rousseu. Tokoh ini mengutamakan
pandangan tentang perkembangan alamiah manusia sebagai metode untuk mencoba
keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan.
Pada abad 20 terjadi perkembangan
humanistic yang disebut humanisme kontemporer. Humanisme kontemporer merupakan
reaksi protes atau gerakan protes terhadap dominasi kekuatan-kekuatan yang
mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era
modern. Perkembangan lebih lanjut dari filsafat humanis ini adalah berkenaan
dengan peran dan kontribusi filsafat eksistensialisme yang cukup memberikan
kontribusi dalam filsafat pendidikan humanistic.
Pemikiran filsafat
eksistensialisme menyebutkan bahwa:
1.
mannusia memilki keberadaan
yang unik dalam dirinya berbeda antara mannusia satu dengan manusia lain. Dalam
hal ini telaah tentang manusia diarahkan pada individualitas manusia sebagai
unit analisisnya.
2.
Eksistensialis lebih
memperhatiakn pemahaman makna dan tujuan hidup manusia ketimbang melakukan
pemahaman terhadap kajian-kajian ilmiah, dan metafisika tentang alam semesta.
3.
Kebebasan individu sebagai
milik manusia adalah sesuatu yang paling utama dan paling unik, karena setiap
individu memilki kebebasan untuk memilki sikap hidup, tujuan hidup dan cara
hidup sendiri (Stevenson dalam Hanurawan,2006)
Aliran filsafat
eksistensialis ini kemudian dikembangkan dalam dunia pendidikan karena fungsi
pendidikan adalah memberikan proses perkembangan manusia secara otentik. Manusia
otentik adalah manusia yang dalam kepribadian diri memilki tanggung jawab dan
kesadaran diri untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup dalam alam hidup
modern
Kedua aliran tersebut
memberikan perkembangan pada aliran filsafat pendidikan humanisme. Hal ini
dapat ditunjukan melalui pengembangan konsep perkembangan psikologis peserta
didik dan metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan humanistic setiap
individu.
Aliran psikologi
humanistic memiliki pandangan tentang manusia yang memilki keunikan tersendiri,
memilki potensi yang perlu diaktualisasikan dan memilki dorongan-dorongan yang
murni berasal dari dalam dirinya. Individu manusia yang telah bersasal dari
dirinya (Hanurawan,2006).
2.
Konsep Pemikiran Filsafat
Psikologi Humanistik
Konsep pemikiran
filsafat psikologi humanistic yang dikemukakan oleh filsuf humanis meliputi
pandangan tentang hakeket manusia, pandangan tentang kebebasan dan otonomi
manusia, konsep diri (self concept), dan diri individu serta aktualisasi diri
(Hanurawan,2006). Konsep pemikiran tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1.
Pandangan tentang hakekat
manusia
Hakekat manusia dalam
pandangan filosuf humanistic adalah manusia memilki hakekat kebaikan dalam
dirinya. Dalam hal ini apabila manusia berada dalam lingkungan yang kondusif
bagi perkembangan potensialitas dan diberi semacam kebebasan untuk berkembang
maka mereka akan mampu untuk mengaktualisasikan atau merealisasikan sikap dan
perilaku yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan masyarakat pada
umumnya (Hanurawan,2006).
2.
Pandangan tentang kebebasan dan
otonomi manusia
Penganut aliran
humanistic memberikan pandangan bahwa setiap manusia memilki kebebasan dan
otonomi memberikan konsekuensi langsung pada pandangan terhadap individualitas
manusia dan potensialitas manusia. Individualitas manusia yang unik dalam diri
setiap pribadi harus dihormati. Berdasarkan pandangan ini, salah satu upaya
pengembangan sumber daya manusia yang perlu dilakukan dalam proses pendidikan
untuk mencapai hasil yang maksimal adalah pemberian kesempatan kepada
berkembangnya aspek-aspek yang ada dalam diri individu.
3.
Pandangan tentang diri (the
self) dan konsep diri (self concept)
Diri (the self)
menurut penganut filsafat humanis merupakan pusat kepribadian yang
pengembangannya dapat dipenuhi melalui proses aktualisasi potensi-potensi yang
dimiliki seseorang. Diri (the self) yang ada dalam diri seseorang digambarkan
sebagai jumlah keseluruhan yang utuh dalam diri individu yang dapat membedakan
diri seseorang dengan orang lain. (Ellias dan Meriam dalam Hanurawan, 2006).
Dalam diri (the self)
seseorang terdapat perasaa, sikap, kecerdasan, intelektual, kecerdasan
emosional, kecerdasan spiritual dan karakteristik fisik.
Sedangkan konsep diri
(self concept) menurut Kendler dalam Hanurawan 2006 merupakan keseluruhan
presepsi dan penilaian subyektif yang memiliki fungsi menentukan tingkah laku
dan memiliki pengaruh yang cukup besar untuk tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
perkembangan individu merupakan potensialitas individu untuk aktualisasi diri.
Aktualisasi diri merupakan kemampuan manusia menghadirkan diri secara nyata
(menurut maslow dalam Hanurawan 2006). Aktualisasi diri terwujud dalam …………..
manusia untuk memperoleh pemenuhan diri (self fulfillment) sesuai dengan
potensi-potensi yang dimilikinya. Dengan aktualisasi diri, manusia mampu
mengembang keunukan kemanusiaannya guna meningkat kualitas kehidupan serta
dapat mengubah situasi kea rah yang lebih baik.
3.
Implikasi Pendidikan Psikologi
Humanis dalam Prose Pendidikan
Pandangan utama aliran
filosofis pendidikan humanistic adalah proses pendidikan berpusat pada subyek
didik. Roger dalam Dimyati dan Mudjiono (2002) berpendapat belajar akan optimal
apabila siswa terlibat secara penuh dan sungguh serta berpartisipasi secara
bertanggung jawab dalam proses belajar. Proses pendidikan berpusat pada subyek
didik, dalam hal ini peran guru dalam proses pendidikan sebagai fasiltator dan
proses pembelajaran dalam kontek proses penemuan yang bersifat mandiri
(Hanurawan,2006). Searah dengan pandangan tersebut maka hakekat pendidik adalah
fasilitator baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk itu
seorang pendidik harus mampu membangun suasana belajar yang kondusif untuk
belajar mandiri. Proses belajar hendaknya merupakan kegiatan untuk mengeksploitasi
diri yang memungkinkan pengembangan keterlibatan secara aktif subyek didik
untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka system belajar yang cocok untuk
pendidikan humanis ini adalah Enquiry Discovery yakni belajar penyelidikan dan
penemuan. Dalam proses belajar mengajar system Enquiry Discovery ini guru tidak
akan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk final, dengan kata lain guru hanya
menyajikan sebagian, selebihnya siswa yang mencari atau menemukan sendiri.
Adapun tahapan dalam
prosedur Enquiry Discovery adalah:
1.
Stimulation (stimulasi/ pemberi
rangsangan), yakni memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, aktifitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah.
2.
Problem statement (pernyataan /
identifikasi masalah), yakni memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasikan sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian dipilih salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis.
3.
Data collection (pengumpulan
data), yakni memberi kesempatan kepad para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis.
4.
Data prosesing (pengolahan
data), yakni mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik
melalui wawancara, observasi, dan sabagainya lalu ditafsirkan.
5.
Verification (pentahkikan),
yakni melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi dihubungkan dengan data prosesing.
6.
Generalization (generalisasi),
yakni menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum.( Syah, Muhibbin,2004)
Melalui pembelajaran Enquiry Discovery / penemuan menurut Hanurawan
(2006) akan dapat membawa pengalaman pada diri pembelajar dalam
mengidentifikasi, memahami masalah-masalah yang dihadapi sehingga menemukan
sesuatu pengetahuan yang bermakna bagi dirinya.
Seperti telah dikemukakan diatas, dalam proses pembelajaran dengan
enqiry discovery ini guru berperan sebagai fasilitator. Menurut Hanurawan
(2006) fungsi tugas kefasilitatoran guru dalam KBM harus dapat menumbuhkan
keyakinan dalam diri pebelajar dalam kegiatan yang dilakukan. Yang berarti guru
harus dapat menstimulus pebelajar untuk berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan kontek pembelajaran humanistic menurut
Maslow bahwa guru adalah pembantu sekaligus mitra dalam melakukan aktualisasi
diri.
Peran guru sebagai
fasilitator menurut Abu dan Supriono,W (2004) dapat diwujudkan dengan
memperhatiakan penciptaan suasana awal, situasi kelompok atau pengalaman kelas,
memperjelas tujuan di dalam kelas. Menyediakan sumber-sumber belajar untuk
dimanfaatkan pebelajar dalam rangka mencapai tujuannya, dan mengambil prakarsa
untuk ikut dalam kelompok kelas.
Hal-hal penting yang
harus diperhatikan dalam proses pembelajaran menurut pandangan psikologi
humanistic yaitu
1.
Setiap individu mempunyai kemampuan
bawaan untuk belajar.
2.
Belajar akan bermanfaat bila
siswa menyadari manfaatnya.
3.
Belajar akan berarti bila
dilakukan lewat pengalaman sendiri dan uji coba sendiri.
4.
Belajar dengan prakarasa
sendiri penuh kesadaran dan kemampuan dapat berlangsung lama dan
5.
Kreatifitas dan kepercayaan
dari orang lain tumbuh dari suasana kebebasan.
6.
Belajar akan berhasil bila
siswa berpartisipasi secara aktif dan disiplin setiap kegiatan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Supriono W. 2004. Psikologi
Pendidikan. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta.
0 comments:
Post a Comment