Riwayat Hidup Imam An-Nawawi
=============================
Al-Hafidz
Adz-Dzahabi dalam bukunya Tadzkiratul Huffadz (juz.4, hal. 1472) dan Ibnu Qadhi
Syuhbah dalam Thabaqotus Syafi'iyyah (juz. 2, hal. 194) di dalam bab biografi
Imam Nawawi berkata :
Beliau
adalah Al-Imam Al-Hafidz Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syarf bin Muri bin
Al-Hizami Al-Haurani As-Syafi'i, penulis banyak kitab, lahir pada bulan
Muharram 631 H di kota Nawa (oleh sebab itu beliau dikenal dengan An-Nawawi).
Beliau menginjakkan kakinya di kota Baghdad pada tahun 649 H dan tinggal di
sekolah Ar-Ruhiyyah. Setiap harinya beliau hanya makan sedikit roti yang
dibagikan di sekolah tersebut.
Beliau
pernah berkata, "Kurang lebih dua tahun saya tinggal di sekolah
Ar-Ruhiyyah dan selama itu pula saya tidak pernah tidur berbaring." Dalam waktu empat setengah bulan beliau
berhasil menghafalkan kitab At-Tanbih dan dalam waktu tujuh setengah bulan
beliau berhasil menghafalkan kitab seperempat kitab Al-Muhadzdzab. Beliau
sempat mengoreksi hafalan beliau tersebut di depan gurunya As-Syeikh Kamal
Ishaq bin Ahmad.
Salah
seorang murid beliau As-Syeikh Abu Hasan bin Al-Atthar pernah mendengar dari
beliau bahwa beliau Imam Nawawi setiap harinya membaca 12 materi pelajaran
dengan men-syarah dan men-tashih di hadapan guru-gurunya yaitu 2 materi dari
kitab Al-Wasith (Figih), 1 materi dari kitab Al-Muhadzdzab (Figih), 1 materi
dari kitab Al-Jam'u baina Sahihain (Metodologi Hadits), 1 materi dari kitab
Shahih Muslim (Hadits), 1 materi dari kitab Al-Luma' karya Ibnu Jinni (Nahwu),
1 materi tentang Ishlahul Mantiq (Etimologi), 1 materi di bidang Shorof, 1
materi di bidang Ushul Figih (terkadang membaca kitab Al-Luma' karya Abu Ishaq
atau terkadang membaca kitab Al-Muntakhab karya Fakhruddin Ar-Razy), 1 materi
di bidang Asma'ul Rijal (kitab yang menerangkan tentang perawi hadits), 1
materi di bidang Teologi, dan 1 materi lagi di bidang Nahwu.
Kemudian
beliau Imam Nawawi menambahkan, "Semua buku yang saya baca tadi, saya
komentari, terkadang men-syarah kalimat-kalimat yang sulit, menjelaskan
beberapa makna, atau mengkoreksi susunan bahasanya. Semoga Alloh selalu
memberkahi waktuku."
Abu
Al-Atthar menyebutkan gurunya Imam Nawawi pernah bercerita kepadanya bahwa
beliau tidak pernah mensia-siakan waktunya sekejap pun. Waktu beliau selalu
habis untuk menuntut ilmu, bahkan di jalan pun beliau selalu membaca dan hal
itu berlangsung selama 6 tahun.
Beliau
juga mengarang, mengajar dan memberikan nasehat-nasehat dalam hal kebaikan.
Sehari semalam beliau hanya makan sekali pada akhir Isya' (menjelang waktu
sahur), begitu juga dengan minum.
Beliau
selalu sibuk mengarang, menyebarkan ilmu, beribadah, berdzikir, berpuasa dan
sabar akan kehidupannya yang serba pas-pasan, baik dalam hal sandang maupun
pangan. Pakaian beliau pun terbuat dari kulit.
Beliau
berpulang ke rahmatullah pada tahun 676 H pada usia yang relatif muda 45 tahun.
Sampai akhir hayatnya, beliau meninggalkan banyak karangan besar. Betapa
berkahnya umur beliau.
[Disarikan
dari Nilai Waktu Menurut Ulama, Abdul Fattah Abu Ghuddah, cetakan I, 1996,
penerbit Pustaka Amani, Jakarta]
0 comments:
Post a Comment