BAB I
PENDAHULUAN
Gerakan
pembaharuan islam di Minangkabau, sebagaimana dibelahan lain dunia
islam. Pada awalnya muncul sebagai intellectual terhadap berbagai bentuk
penyimpangan dalam pemahaman maupun pengamalan islam dikalangan
masyarakat minangkabau. Menurut ulama kaum muda, penyimpanagan yang
telah lama berurat akar itu disebabkan oleh begitu kuatnya otoritas
keagamaan yang semata-mata dipegang oleh ulama sehingga umat tidak punya
pilihan lain kecuali mengikutinya tanpa taqlid. Pada gilirannya, corak
keberagamaan yang seperti ini bukan hanya menyebabkan terabaikannya
persoalan sejauh mana pemahaman dan pengamalan itu benar-benar
sebagaimana yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, tapi lebih dari
itu, tidak akan dapat memfungsikan islam sebagai pendorong kemajuan
umatnya. Fenomena keberagaman yang seperti inilah yang mendorong kaum
muda untuk melakukan reorientasi pemahaman keagamaan masyarakat
minangkabau dengan melalui ijtihad meruju’ langsung pada Al-Qur’an dan
Sunnah dan atas dasar itu membersihkan pemahaman agama umat dari segala
bentuk penyimpangan yang sudah lama ada.[1]
Kendati
pada awalnya merupakan gerakan intelektual, gerakan pembaharuan yang
dilakukan oleh kaum muda ternyata menimbulkan implikasi social yang
hebat dengan munculnya berbagai bentuk konflik di masyarakat minangkabau
yang sebelumnya tidak ada. Sebagai puncak dari konflik tersebuat adalah
pecahnya masyarakat minangkabau. Karena bagi masyarakat minangkabau,
islam bukan sekedar agama dan sumber identitas saja. Tetapi juga menjadi
salah satu pilar penting selain adat yang membentuk struktur social
masyarakat minangkabau
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar belakang munculnya gerakan pembaharuan di Minangkabau
Gerakan
pembaharuan islam yang muncul di awal abad 20 di Minangkabau adalah
suatu gerakan perubahan yang terutama didorong oleh corak keberagamaan
masyarakat minangkabau. Atas dasar ini, gerakan pembaharuan itu
merupakan reaksi terhadap berbagai problem perkembangan islam sebagaimana dipahami dan diamalkan di minangkabau.
Untuk memahami hal itu, dengan ringkas perlu disinggung
corak islam yang berkembang diminangkabau. Sejarah mencatat, unsur
dominan yang sangat mewarnai perkembangan awal islam dinusantara ialah
kuatnya pengaruh sufisme, terutama sufisme tarekat. Hal ini disebabkan
oleh kenyataan bahwa islamisasi nusantara secara besar-besaran terjadi
pada saat berkembang subur sufisme sebagai implikasi dari jatuhnya
baghdad. Daerah minangkabau pada gilirannya tidak bisa terhindar dari
pengaruh sufisme tarekat tersebut, sehingga didaerah ini paling tidak
sejak awal sejarah diminangkabau sufisme tarekat tersebut mendominasi
perkembangan islam diminangkabau. Yang paling menonjol peranannya adalah
tarekat syatariyah, qadariyah dan naqsabandiyah.
Islamisasi minangkabau lebih terbentuk melalui akulturasi budaya
ketimbang proses politik seperti proses islamisasi daerah lain di
Indonesia. Hal ini sayangnya mengakibatkan perkembangan islam terkesan
sangat lamban karena proses yang terjadi tidak melibatkan unsur
pemaksaan kekuasaan politik. Walaupun demikian harus diakui , lambat
laun eksistensi islam dalam struktur dan budaya masyarakat minangkabau
sesungguhnya menjadi semakin dominan. Tapi perlu juga
dipahami, sebagai konsekwensi hal ini tidak serta merta bisa
menghilangkan semua unsur lama yang telah ada dalam proses tersebut
sesungguhnya ialah continuity and change.
B. Tokoh pembaharu di minangkabau
1. Syaikh ahmad khatib
Seorang
pelopor dari golongan pembaharuan di daerah Minangkabau adalah Syaikh
Ahmad Khatib yang menyebarkan pikiran-pikirannya dari masa duapuluh
terakhir dari abad yang lalu sampai 10-15 tahun pertama dari abad ini.
Dilahirkan di Bukittinggi pada tahun1855 dikalangan keluarga yang
mempuyai latarbelakang agama dan adat yang kuat , Syaikh Ahmad Khatib
memperoleh pendidikannya pada sekolah rendah dan sekolah guru ini
didirikan oleh pemeritahan belanda. Ia pergi ke Mekkah pada tahun 1876 ia
mencapai kedudukan tertinggi dalam mengajarkan agama, yaitu sebagai
imam dari mazhab Syafi’i di masjid al-haram. Walaupun ia tidak pernah
kembali ke daerah asalnya kemudian, tetapi ia tetap mempunyai hubungan
dengan daerah asalnya ini melalui mereka yang naik haji ke mekkah dan
belajar padanya dan yang kemudian menjadi guru di daerah
masing-masing. Hubungan tersebut dipererat lagi dengan publikasi
tulisan-tulisannya sendiri tentang persoalan yang dipertikaikan
yang sering dikemukakan kepadanya oleh bekas murid-muridnya di
Indonesia. Sebagai imam dari madzhab Syafi’i tidaklah mungin diharapkakn
dari Syaikh Ahmad Khatib untuk meninggallkan madzhab ini.
Tetapi ia tidak melarang murid-muridnya untuk membaca dan mempelajari tulisan Muhammad
Abduh, seperti yang terdapat dalam majalah Al’urwadt Al-Wustqa. Dan
tafsir Al-Manar, Walaupun ia membiarkan hal ini dengan maksud supaya
pemikiran yang dikemukakan oleh pembaharu mesir tersebut ditolak.
Sebaliknya pula ia kenal betul dengan peringatan yang diberikan oleh
imam Syafi’i yang mendesak pada siapapun juga umumnya untuk meninggalkan fatwanya (imam Syafi’i sendiri) apabila fatwa-fatwa ini
ternyata berlawanan dengan sunnah Nabi. Mengenai masalah-masalah di
Minangkabau, Syaikh Ahmad Khatib terkenal sangat menolak dua macam kebiasaan. Ia sangat menentang thareqat naqsabandiyah yang
sangat banyak praktekkan pada saat itu seperti ia pun juga sangat
menentang peraturan-pertauran adat mengenai hak waris. Kedua hal ini
merupakan masalah yang terus menerus ditentang kemudian oleh
pembaharu-pembaharu lain didaerah tersebut.[2]
2. Syaikh thaher djalaluddin
Pengaruh
Syaikh Thaher pada kolega atau muridnya ini di Minangkabau dilakukan
melalui majalah Al-Imam, serta melalui sekolah yang ia dirikan, yaitu
Al-Iqbal Al-Islamiyah, di Singapura ia bersama seorang yang bernama Raja
Haji Ali Ahmad pada tahun 1980. Walaupun sekolah ini segera dipindahkan
ke Riau oleh karena kesukaran-kesukaran keuangan dan kelajutan di Riau
tadi dilakukan tanpa partisipasi Syaikh Taher, namun sekolah di
Singapura itu telah diambil sebagai model oleh Haji Abdullah Ahmad dalam
mendirikakn sekolah Adabiyah di Padang. Haji Ahmad mengunjungi teman
atau gurunya ini di Singapura dengan maksud sengaja mempelajari rencana
sekolah tersebut. Haji Abdullah Ahmad benar-benar mencontohkan bentuk
dan juga motto dari Al-imam pada majalah yang ia terbitkan di Padang (al-munir).[3]
3. Syaikh Muhammad djamil djambek
Pada
tahun 1918 ia mendiikan suatu lembaga yang sampai sekarang masih
terkenal dengan nama Surau Inyik Djambek. Surau ini merupakan pusat
kegiatan untuk memberikan pelajaran agama, demikian juga merupakan
tempat pertemuan bagi organisasi-organisasi islam serta tempat dimana
makanan dihidangkan bagi tokoh-tokoh yang diundangnya untuk berdialog
tadi.
Kira-kira
tahun 1913 ia mendirikan di Bukittinggi suatu organisasi yang bersifat
social, Tsamaratul Ikhwan, yang juga menerbitkan kitab-kitab kecil dan
brosur-brosur tentang pelajaran agama tanpa maksud mencari
keuntungan. Beberapa tahun lamanya Djambek bergerak dalam organisasi
ini, sampai pada saat organisasi tersebut diubah menjadi sebuah perusahaan penerbitan yang bersifat komersial. ketika itu ia tidak turut lagi dalam perusahaan tersebut. Ia sangat memberikan dorongan pada pembaharuan di Minangkabau dengan membantu organisasi-organisasi pembaharuan itu.
4. Haji abdul karim amrullah (haji rasul)
Haji Rasul banyak mengadakan perjalanan keluar daerahnya. Yang terpenting
antaranya ialah kepergiannya ke Malaya (1916) dan ke jawa (1917). Dalam
kunjungnnya ke jawa ini mengandalkan hubungan dengan pemimpin-pemimpin
sarekat islam dan muhammadiyah. Dialah yang memperkenalkan muhammadiyah
di Minangkabau pada tahun 1925, yang segera meluas dengan cepat.
Haji
Rasul memang sangat aktif dalam gerakan di daerah Minangkabau. suraunya
di Padang anjang tumbuh menjadi Sumatra Thawalib yang melahirkan
persatuan muslimin Indonesia, suatu partai politik pada permulaan tahun
1930-an. Ia juga menjadi penasehat persatuan guru-guru agama islam pada
tahun 1920. Ia memberikan bantuannya pada usaha mendirikan sekolah
normal islam dipadang pada tahuun 1930. Ia menentang komunisme dengan
sangat gigih pada tahun 1920.[4]
5. Haji Abdullah ahmad
Keperluan
terhadap pendidikan yang sistematis dan kenyataan bahwa tidak semua
anak-anak dari pedagang di Padang dapat masuk sekolah-sekolah yang
didirikan oleh pemerintah menyebabkan Haji Ahmad membuka sekolah
Adabiyah dengan bantuan pedagang-pedagag ini. Ini terjadi pada tahun
1909 setelah Haji Ahmad mengunjungi sekolah Iqbal di Singapura. Di
samping kegiatan ini, Haji Ahmad sangat aktif menulis, malahan ia
menjadi ketua persatuan wartawan di Padang pada tahun 1914. Ia mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan siswa-siswa sekolah menengah
pemerintah di Padang dan sekolah dokter di Jakarta dan memberikan
bantuannya dalam kegiatan Jong Sumatra Bond. Ia merupakan pendiri dari
majalah Al-Munir yang diterbitkan di Padang tahun 1911 sampai tahun
1916. Al-Akhbar tahun 1913 (salah satu majalah berita) dan menjadi
redaktur dalam bidang agama dari majalah Al-Islam tahun 1918 yang
diterbitkan oleh sarekat islam.[5]
6. Syaikh Ibrahim musa
Syaikh
Ibrahim musa memiliki peran yang besar dalam mendirikan lembaga-lembaga
modern di Minangkabau. Ia membantu dalam gerakan pembaharuan dan
mengikuti dua organisasi, baik kaum muda maupun kaum tua, yaitu
persatuan guru-guru agama islam (kaum muda) dan ittihadul ulama (kaum
tua). Dan suraunya terkenal dengan nama Thaawalib (parabek) dan sangat
erat hubungannya dengan lembaga yang sama di Padang
7. Zainuddin Labai Al-Junusi
Berbeda dengan para pembaharu lainnya, Labia lebih tertarik pada kehidupan dan kegiatan kalangan bangsawana, seperti musthafa kamil
di mesir daripada Abduh atau Rasyid Ridha yang lebih banyak
memperhatikan soal agama. Dengan membuka sekolah guru diniyah (1915) ia
mempergunakan system berkelas dengan kurikulum yang lebih teratur yang
mencakup juga pengetahuan umum seperti bahasa, matematika, sejarah, ilmu
bumi disamping pelajaran agama. Ia juga mengorganisir sebuah klub music
untuk murid-muridnya.
C. Lembaga-lembaga dan organisasi pembaharu dalam bidang social dan pendidikan
1. Sekolah Adabiyah
Pada
tahun 1909 sekolah ini hanya ada 20 orang murid yang kebanyakan
diantaranya adalah anak pedagang, sekolah ini adalah sekolah dasar yang
sama dengan sekolah HIS (Hollands Inlandse School) yang membedakan
adalah adanya agama dan al-qur’an yang diajarkan secara wajib. Pada
tahun 1915 sekolah ini menerima subsidi dari pemerintah. namanya pun
diubah menjadi Hollandsch Maleische School Adabiyah.
Kepalanya adalah seorang blanda sehingga pelajaran agama agak kurang
diperhatikan. Dan sejak saat itu tiang tumpuan bagi para pembaharu
menjadi hilang.
2. Surau jembatan besi
Surau
ini mulanya memberikan pelajaran yang biasa seperti fiqh dan tafsir
qur’an namun dengan masuknya Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul mengajar
disurau tersebut pelajaran lebih ditekankan pada ilmu alat
berupa kemampuan untuk menguasai bahasa arab dan cabang-cabangnya.
Maksudnya agar para siswa dapat mempelajari sendiri kitab-kitab yang
diperlukan sehingga lambat laun islam semakin dikenal dari kedua sumber
utamanya yaitu al-qur’an dan hadist. Dan maksud akhir dari surau
jembatan besi ini didirikannya sekolah Thawalib
3. Sumatra thawalib
Haji
jalaluddin Thaib, pada tahun 1919 mengintrodusi cara-cara mengajar
moderen kedalam Thawalib, system berkelas yang lebih sempurna. Pada
tahun berikutnya Thaib menjadi ketua dari Sumatra
Thawalib. Pada waktu itu organisasi tadi telah berkembang dan meluas
melebihi kegiatan yang dilakukan sebelumnnya. Sehingga dapat dikatakan
organisasi tersebut menjadi suatu badan yang mengawasi dan membina
sekolah itu sendiri.
4. Persatuan muslim Indonesia (PERMI)
Pada
tahun 1929 organisasi Thawalib memperluas keanggotaannya pada semua
bekas para pelajar dan guru-guru yang tidak lagi memiliki hubungan
langsung dengan lembaga pendidikan tersebut. pada tahun berikutnya
organisasi tersebut berubah menjadi persatuan muslimin
Indonesia. Pada tahun 1932 organisasi ini berubah menjadi partai politik
yang kemudian disingkat menjaadi PERMI. Pada masa ini datang dua anak
muda yaitu Ilyas Ja’kub dan Muchtar Luthfi. Mereka bergabung dengan
Thawalib sebagai guru dan memberikan bimbingan dalam bidang politik.
Sekitar tahun 1933 permi menderita tekanan-tekanan yang dilancarkan oleh
pemerintah, pemimpin-pemimpin dibuang termasuk guru-guru yang mengajar
dithawalib.
5. Diniiyah dan al-madrasah al-diniyah
Pendidikan
putra putri dalam rangka pembaharuan, disamping yang telah dikerjakan
oleh Haji Abdullah dengan sekolah Adabiyah, merupakan suatu inisiatif
dari Zainuddin Labia. ia mendirikan sekolah diniyah pada tahun 1915 yang
merupakan perkembangan dari surau jembatan besi. Tekanan yang diberikan
dalam pelajaran ialah ilmu pengetahuan umum, seperti sejarah ilmu
hitung dan bahasa.
Dengan
bantuan persatuan murid-murid diniyah school yang didirikan atas
anjuran Labia. Rahmah mendirikan pada tanggal 1 November1923 sebuah
sekolah khusus untuk putra putri dengan nama Al-Madrasah Al-Diniyah.
Selain itu, Rahmah juga mengadakan pemberantasan buta huruf dikalangan
ibu-ibu yang lebih tua.
Perkembangan
kedua bagian dari sekolah diniyah ini kemudian berjalan lancar dan
dalam tahun 1937 sebuah sekolah guru untuk puteri didirikan, yang
disusul tak beberapa lama kemudian oleh pembukaan sekolah yang sama
untuk putera.
BABIII
KESIMPULAN
A. Latar belakang munculnya gerakan pembaharuan di Minangkabau
Minangkabau
adalah suatu gerakan perubahan yang terutama didorong oleh corak
keberagamaan masyarakat minangkabau. unsur dominan yang sangat mewarnai
perkembangan awal islam dinusantara ialah kuatnya pengaruh sufisme ,
terutama sufisme tarekat. Yang paling menonnjol peranannya adalah
tarekat syatariyah, qadariyah dan naqsabandiyah. Islamisasi minangkabau
lebih terbentuk melalui akulturasi budaya ketimbang proses politik
seperti proses islamisasi daerah lain di Indonesia Hal ini mengakibatkan
perkembangan islam terkesan sangat lamban karena proses yang terjadi
tidak melibatkan unsur pemaksaan kekuasaan politik
B. Tokoh pembaharu di minangkabau
- Syaikh ahmad khatib
- Syaikh thaher djalaluddin
- Syaikh Muhammad djamil djambek
- Haji abdul karim amrullah (haji rasul)
- Haji Abdullah ahmad
- Syaikh Ibrahim musa
- Zainuddin Labai Al-Junusi
C. Lembaga-lembaga dan organisasi pembaharu dalam bidang social dan pendidikan
- Sekolah Adabiyah
- Surau jembatan besi
- Sumatra thawalib
- Persatuan muslim Indonesia (PERMI)
- Diniiyah dan al-madrasah al-diniyah
DAFTAR PUSTAKA
Dody S Truna.dkk.2002.Pranata Islam Di Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Noer Derlier.1995.Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942. Jakata: PT Pustaka LP3ES Indonesia
0 comments:
Post a Comment